Begini cara Eva Puri Herawati mempertahankan bisnis kuliner di tengah pandemi


           Siang hari ini saya Eva Puri Herawati ingin sedikit berbagi cerita yang semoga bisa menjadi pelajaran bagi siapa saja yang membaca. Sebuah cerita yang sangat Eva syukuri , Eva banggakan. Mungkin bisa dibilang sebagai sebuah cerita sukses Eva. Walaupun Eva sendiri bukanlah orang sukses. Maaf ya kalau terlalu banyak kata Eva di 1 paragraf ini :D . Baiklah mari kita lanjutkan saja daripada membahas ketidak mampuan dalam menulis ini.

Sebuah cerita mengenai bagaimana Eva Puri Herawati berhasil mempertahankan salah satu bisnis nya. Saung kopi. Bisnis kuliner yang sampai sekarang, di tengah pandemi seperti sekarang ini masih bertahan Alhamdulillah. Disaat banyak bisnis kuliner tumbang , bahkan bisnis besar pun tumbang dan Saung kopi masih bertahan disitu Eva merasa bersyukur. Ternyata Allah masih ingin saya menggaji pegawai. Thanks God.  Nah sebagai salah satu bentuk rasa bersyukur, Eva mau berbagi cerita soal apa apa saja yang dilakukan untuk tetap menjalankan bisnis kuline di tengah pandemi seperti sekarang.

Yang pertama Eva Puri Herawati lakukan adalah meyakinkan diri bahwa Rejeki itu mutlak wewenang Allah. Manusia hanya harus berusaha dan berdoa semaksimal mungkin. Setelah itu baru kemudian berfikir bagaimana cara mengatur ulang strategi bisnisnya. Oke bisnis kuliner adalah bisnis pokok, di tengah wabah pun masih bisa bertahan karena makan adalah salah satu kebutuhan pokok. Tapi kondisi ekonomi saat ini kadang tidak memungkinkan orang untuk order makanan. Mereka lebih memilih memasak sendiri daripada order. Selain untuk menghemat juga untuk memastikan bahwa makanan yang mereka konsumsi itu benar benar higienis. Lalu gimana caranya Saung Kopi ini bisa bertahan?

Tanpa butuh waktu lama, Eva Puri Herawati (kok malah jadi lengkap gitu nulis namanya ya ) teringat basic dari bisnis, yaitu mengenai target market. Saat itu terfikir  “ orang yang masih memungkinkan order makanan ya orang dari kalangan menengah ke atas. So Saung kopi kayaknya bakal nyasar mereka aja dulu dah “  Saat itu juga kemudian tekad untuk memperjuangkan Saung kopi semakin besar. Baru Kemudian terfikir untuk membuat pilihan menu baru. Memasukan menu yang mungkin akan jarang dijumpai di Pekan baru. Yaitu jenis makanan jawa , melayu dan minang. Yang ada di fikiran saat itu , pembeli sudah mengeluarkan uang maka mereka harus mendapatkan hal yang sebanding. Untuk itulah kemudian saung kopi memutuskan untuk menambah menu makanan tersebut.

Soal pemilihan dan penambahan menu done. Lalu saatnya Eva memikirkan bagaimana cara memasarkanya. Satu lagi pelajaran buat siapa saja yang membaca, jangkau dulu orang terdekat mu. Minimal kalau mereka order, keuntunganya bisa untuk survive dulu. Setelah orang orang terdekat berhasil kita jangkau, baru perluas jangkauan. Dan itu lah yang pertama dikerjakan. Menawarkan menu baru kepada teman teman. Entah melalui whatsapp, instagram dan lain sebagainya. Mungkin karena yang ditawarkan adalah menu baru, rasa penasaran mereka timbul,dan order lah mereka. Setelah mencoba makananya mereka mengaku puas,dan menyebarlah berita “ke lezatan “ menu makanan saung kopi ini.

Terlepas dari apapun faktor yang membuat saung kopi masih bisa bertahan di tengah pandemi , yakinlah ( dan Eva meyakini) bahwa inilah salah satu bukti bahwa Tuhan maha penyayang.  


Komentar